Fajri (1)

Fajri baru saja turun dari Gunung Sumbing. Wajahnya masih kumal,  ia coba membongkar tas cariernya,  memisahkan mana yang perlu untuk di cuci dan mana yang yang bisa langsung masuk ke dalam lemarinya.

Malam itu ia tak kunjung menikmati mimpi dengan tertidur.  Kuliahnya yang baru menginjak semester 3 membuat tugas - tugas belum terlalu membuatnya kelabakan.  Matanya terus terjaga,  ia tau dirinya ingin mengobrol dengan "dirinya yang lain".  Segera ia melangkah keluar kamar,  mengambil sisa kretek dari pendakian.

Berkali - kali kepulan asap keluar dari mulutnya. Ia cukup senang dengan jalur pendakian tapi juga kesal. 
"Bukankah tadi aku mendaki sumbing lewat banaran?"
"Ia, eskalator mati yang begitu melelahkan.  Entah apa yang dipikirkan pihak basecamp yang membuat jalur pendakian dengan sistem tangga,  belum lagi pos 4 dibuat camp area buatan"
"Memang si pasti menimbulkan pro kontra,  di satu sisi pendakian ini menjadi lebih aman dan nyaman,  tempat camp di lereng sumbing yang paling 'rata' jadi kita tak perlu susah - susah tidur miring kan?  Belum lagi di tiap pos ada shelter yang bisa buat kita meneduh kalau hujan"
"Ya juga,  jalurnya aman dan nyaman si"
"Nah itu"
"Tapi terkesan kurang alami saja buatku"
"Ah,  kamu ini,  dengan kamu kesana dan banyak orang mendaki itu saja sudah 'tidak alami' bagi alam kan?"
"Yajuga si haha"

Aku cukup geli dengan obrolan aku dan diriku.  Ia adalah sosok yang ada di tubuhku.  Susah dijelaskan,  tapi memang aku cukup sering mengobrol dengan 'diriku' sendiri.  Semacam refleksi untuk aku saat ingin intropeksi dengan kejadian - kejadian yang telah terjadi dan ngobrolin tentang mimpi atau apapun.

Di kretek yang kedua yang kuhabiskan,  kini aku mengingatmu,  perempuan yang 4 tahun lalu membuatku menyesal telah membuat kita berakhir.  Tapi percayalah,  itu kegilaaanku.  Aku resah dengan kita waktu itu,  kita yang saling mencintai itu sudah pasti,  tetapi kenapa bukan perasaan kasih yang kita tebarkan.  Hampir setiap hari kita selalu bertengkar.  Kadang aku marah padamu kadang aku yang buatmu kesal.  Kita seperti menjadi dua orang yang paling memiliki hingga kita saling mengatur apa yang terbaik untuk kita. Seolah kitalah yang paling tau apa yang terbaik.  Dan saat itu bertentangan kita bertengkar. Aku rindu saat - saat awal kita,  waktu kasih dan bahagia kita tebar ke semua udara. 

Akhirnya ide gila itu muncul.  Kupikir kita terlalu erat memegang satu sama lain.  Sehingga bukan hangat yang kita rasakan tapi sakit yang kita dapat.  Putus adalah ide itu,  dengan kita tidak lagi berpacaran,  kita menjadi tidak memiliki lalu kita akan fokus saling mencintai. 

Seminggu hal itu menjadi kenyataan, aku senang sekali  kita bisa merasakan kembali waktu - waktu awal itu sebelum kemudian kamu tanpa kabar dan memutuskan berpasangan dengan orang lain lagi

Fak,  hampir 2 tahun kita, tapi cukup 14 hari buatmu yakin dengan orang lain lagi!

Dan heii!!! 

Ada satu yang terlewat.  Bukankah setiap malam ketika aku naik gunung aku selalu 'me time' denganmu,  meromantisasi kita kembali dalam bentuk khayalku?

Tapi kenapa malam itu tidak ya?  Kapan pertama kali aku bisa tida mengingatmu ketika di gunung? 

Sumbing  via banaran tidak
Ungaran mawar maupun medini tidak juga
Sumbing via sipetung enggak juga

"Anjir sejak pendakian sumbing pertamaku"
"Bukankah itu akhir kelas 3 SMA?"
"Lalu apa yang buatku waktu itu tidak lagi mengenalmu?................. 

Komentar