Fajri (5)
Kalau saja aku bisa menikmati hari itu lebih lama lagi atau dunia hari itu bergerak dengan sangat lambat. Aku hanya ingin setiap detiknya kunikmati lebih detail.
Kalau saja aku tau, setelah pagi datang kau tidak seperti yang ku kenal. Aku ingin tak tidur malam itu, lagi - lagi aku hanya ingin memiliki perasaan itu lebih lama lagi.
Entah aku yang terlalu cepat menyukaimu, atau kamu yang pintar sekali menyembunyikan rasa
Pagi hari itu aku bangun, melihat foto profil whatsapps dan kuliat ada sepasang mata yang berair. Itukah kau?
Apa yang membuatmu seperti ini? Atau siapa?
Dan kau masih kembali menutupi apa yang terjadi. Sampai di sore hari yang cerah itu, aku mendapatimu dengan sebuah pengakuan. Tadi malam kau tak bisa tidur. Waktu rehat kau pakai untuk mengenang seseorang. Kekasihmu dulu.
Kenapa?
Pertanyaan yang kuputar selalu di kepalaku, mencari jawaban jawaban realis dari setiap peristiwa. Tapi tak pernah ada satupun kutemui disana
Rupanya kau berbohong, katamu mengingat kekasih terdahulu itu tak perlu, kita harus jalan kedepan
Itu juga alasanku untuk mau maju kedepan denganmu. Setelah selama ini aku menyembuhkan diri sendiri, memutuskan untuk tak berkekasih karena kalau aku berkekasih dalam keadaan masih belum move on tentu aku bakal menyakiti pasanganku. Itu benar benar aku jaga. Dan kini saat aku mulai berani melangkah denganmu. Aku malah tersakiti oleh seseorang yang masih belum move on. Hal yang begitu kujaga karna aku tak ingin menyakiti, kini malah berbalik menjadi yang paling dalam menusuk hati.
Rupanya menanam kebaikan tidak selalu memetik kebaikan. Omong kosong semua.
"Kamu belum move on atau ingin balikan lagi" kataku
Kupikir sangat wajar seseorang yang pernah hadir di hidup kita tanpa sengaja teringat kembali dalam kenang.
"Aku pengin balikan Jri"
Okai, sudah jelas semua. Apakah aku hanya terjebak sebagai pengusir sepi. Saat seseorang yang kamu cintai tak lagi ada?
Apa aku hanya jadi pengisi jeda, saat kau berfikir untuk memilih berjarak denganya tapi akhirnya kau tak mampu?
Kalau saja aku tau, setelah pagi datang kau tidak seperti yang ku kenal. Aku ingin tak tidur malam itu, lagi - lagi aku hanya ingin memiliki perasaan itu lebih lama lagi.
Entah aku yang terlalu cepat menyukaimu, atau kamu yang pintar sekali menyembunyikan rasa
Pagi hari itu aku bangun, melihat foto profil whatsapps dan kuliat ada sepasang mata yang berair. Itukah kau?
Apa yang membuatmu seperti ini? Atau siapa?
Dan kau masih kembali menutupi apa yang terjadi. Sampai di sore hari yang cerah itu, aku mendapatimu dengan sebuah pengakuan. Tadi malam kau tak bisa tidur. Waktu rehat kau pakai untuk mengenang seseorang. Kekasihmu dulu.
Kenapa?
Pertanyaan yang kuputar selalu di kepalaku, mencari jawaban jawaban realis dari setiap peristiwa. Tapi tak pernah ada satupun kutemui disana
Rupanya kau berbohong, katamu mengingat kekasih terdahulu itu tak perlu, kita harus jalan kedepan
Itu juga alasanku untuk mau maju kedepan denganmu. Setelah selama ini aku menyembuhkan diri sendiri, memutuskan untuk tak berkekasih karena kalau aku berkekasih dalam keadaan masih belum move on tentu aku bakal menyakiti pasanganku. Itu benar benar aku jaga. Dan kini saat aku mulai berani melangkah denganmu. Aku malah tersakiti oleh seseorang yang masih belum move on. Hal yang begitu kujaga karna aku tak ingin menyakiti, kini malah berbalik menjadi yang paling dalam menusuk hati.
Rupanya menanam kebaikan tidak selalu memetik kebaikan. Omong kosong semua.
"Kamu belum move on atau ingin balikan lagi" kataku
Kupikir sangat wajar seseorang yang pernah hadir di hidup kita tanpa sengaja teringat kembali dalam kenang.
"Aku pengin balikan Jri"
Okai, sudah jelas semua. Apakah aku hanya terjebak sebagai pengusir sepi. Saat seseorang yang kamu cintai tak lagi ada?
Apa aku hanya jadi pengisi jeda, saat kau berfikir untuk memilih berjarak denganya tapi akhirnya kau tak mampu?
Komentar
Posting Komentar