Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Fajri (5)

Kalau saja aku bisa menikmati hari itu lebih lama lagi atau dunia hari itu bergerak dengan sangat lambat. Aku hanya ingin setiap detiknya kunikmati lebih detail.  Kalau saja aku tau,  setelah pagi datang kau tidak seperti yang ku kenal. Aku ingin tak tidur malam itu,  lagi - lagi aku hanya ingin memiliki perasaan itu lebih lama lagi.  Entah aku yang terlalu cepat menyukaimu, atau kamu yang pintar sekali menyembunyikan rasa Pagi hari itu aku bangun,  melihat foto profil whatsapps dan kuliat ada sepasang mata yang berair.  Itukah kau?  Apa yang membuatmu seperti ini?  Atau siapa?  Dan kau masih kembali menutupi apa yang terjadi. Sampai di sore hari yang cerah itu, aku mendapatimu dengan sebuah pengakuan. Tadi malam kau tak bisa tidur. Waktu rehat kau pakai untuk mengenang seseorang.  Kekasihmu dulu.  Kenapa?  Pertanyaan yang kuputar selalu di kepalaku, mencari jawaban jawaban realis dari setiap peristiwa.  Tapi tak pernah ada satupun kutemui disana Rupanya kau berbohong,

Fajri (4)

Dan apa kau juga ingat, setahun lalu.  Pada satu malam di bulan Juni?  ~~~~~~ Sore itu aku sedang beberes diri,  menyiapkan pakaian terbaik, parfum yg enak juga menenangkan bara yang bergejolak di hati. Begitu tak siapkah aku menemuimu kali ini?  Atau sudah lama sekali aku tak merasakan perasaan seperti ini hingga kali ini benar - benar terasa seperti pertama kali.  Aku sudah tidak kos di purwokerto jadi sore itu juga ku pacu motorku segera.  Waktu masih jam 5 sore,  aku transit dulu ke rumah Nasution,  teman SMA ku. Aku rasa aku tak bisa datang ke kosanmu dalam keadaan super nervous.  "Bro, biasanya kalau malam minggu gini enaknya ngajak kemana? " "Kalau aku gak pernah milih tmpat jri,  biar cewe kita aja yang nentuin" "Nah kalau dia bilang terserah gimana? " "Nah itu baru, kita harus masuk untuk langsung nentuin. Biar kita dianggap laki laki yang bisa cepat mengambil keputusan" "Makanya aku mau konsul disini bro haha, gimana ka

Fajri (3)

Sabtu malam,  saat orang - orang sibuk memegang tangan pasangan mereka,  bergandeng menikmati kerlip lampu kota atau berhadap - hadapan di meja cafe kekinian. Aku,  hanya sibuk memegang smartphone. Membuka kembali chat whatsapps,  dm instagram untuk menemukan sedikit tawa dari sisa asa yang terlupa.  Drrrdrrrdrrrrdrrrrdrrrr hpku bergetar Segera ku hentikan aktivitasku,  ku buka tombol home.  Ada dm masuk dari Fia,  Fia? perempuan itu membalas stories instagramku??  :)  Ku balas dengan perasaan paling membahagiakan.  Fia adalah teman smpku,  dulu banyak orang bilang dia menyukaiku.  Mungkin benar, dia kadang menyukai hal yang ku suka juga, band favorit kita sama tapi sayangnya perasaanku waktu itu tak sama. Baiklah ini akan sedikit panjang,  tapi akan kuceritakan kenapa aku begitu bahagia saat ada dm masuk darinya Satu tahun yang lalu setelah selesai Ujian Nasional.  Aku menjalani hidupku dengan keadaan serba rapuh, aku tak bisa memprediksi hasil UN ku,  aku tak begit

Fajri (2)

Aku pikir itu karenamu, Riana Entah,  sudah kucoba mencari siapa atau apa,  hingga kebiasaanku mengenangnya digunung menjadi hilang. Tapi hanya satu kejadian yang muncul.  Kita dekat,  iya.  Namun hanya sebatas teman organisasi SMA dulu.  Tidak lebih dari itu.  Tapi aku masih ingat betul satu bulan sebelum pendakianku ke sumbing sipetung waktu itu. Pelajaran biologi kosong,  kelas hanya diberi tugas.  Setelah selesai dengan tugas,  aku menemuimu di baris belakang bersama temanmu, kita saling mengobrol biasa.  Sampai tiba - tiba saja kau memegang tanganku, menuliskan kata di telapak tanganku "2016 target move on" "Apa ini" kataku "Sudah lama banget kamu mikirin mantan mulu,  tahun besok km harus move on,  inget UN,  belajar" Kalimat itu menempel masuk ke dalam suasana paling dalam di otaku Dan kau tau,  target kita terpenuhi bahkan pada desember 2015, saat pendakianku ke sumbing waktu itu.  Ah iya.  Jangan - jangan karna ini.  Doamu juga hara

Fajri (1)

Fajri baru saja turun dari Gunung Sumbing. Wajahnya masih kumal,  ia coba membongkar tas cariernya,  memisahkan mana yang perlu untuk di cuci dan mana yang yang bisa langsung masuk ke dalam lemarinya. Malam itu ia tak kunjung menikmati mimpi dengan tertidur.  Kuliahnya yang baru menginjak semester 3 membuat tugas - tugas belum terlalu membuatnya kelabakan.  Matanya terus terjaga,  ia tau dirinya ingin mengobrol dengan "dirinya yang lain".  Segera ia melangkah keluar kamar,  mengambil sisa kretek dari pendakian. Berkali - kali kepulan asap keluar dari mulutnya. Ia cukup senang dengan jalur pendakian tapi juga kesal.  "Bukankah tadi aku mendaki sumbing lewat banaran?" "Ia, eskalator mati yang begitu melelahkan.  Entah apa yang dipikirkan pihak basecamp yang membuat jalur pendakian dengan sistem tangga,  belum lagi pos 4 dibuat camp area buatan" "Memang si pasti menimbulkan pro kontra,  di satu sisi pendakian ini menjadi lebih aman dan nyaman,  te

Paku

Kita ada di balai kemambang Melihat anak - anak kecil memberi makan pada ikan hias Kita ada di warung kopi Menikmati frenchpress wamena juga segelas capucino es Kita ada di andang pangrenan Menanti film di putar Kita ada di kaligua Menerobos aspal padat perantau ibukota, berebut menghirup kabut di kebun teh.  Memelintir biji - biji jagung bakar.  Menelanya satu demi satu Dan  Kita ada di rajawali Menikmati audio visual yang bercerita Tentang kita yang kemana mana Tapi tak pernah ada aku disana Tempat - tempat itu juga pernah kamu kunjungi satu tahun lalu,  Kamu mengajaku kesana hanya untuk melihat kalian bercinta. Pada kursi bangku taman yang kita duduki,  warna catnya pun masih sama Pada kabut kaligua,  tempat yang tak sempat kalian kunjungi. Lalu aku kesana dengan kalian.  Melihat satu persatu orgasme pada setiap kenangmu Aku semu  Benar - benar semu di ruang tamu kepalamu Aku paku  Menempel erat di dinding dapur hatimu, Menancapkan foto kalian pada empat sud

Perempuan yang kehilangan satu telinganya

Dan baiklah jika begini akhirnya Kau kan ku jadikan tulisan Agar menetap di layar Ku pikir sudah bosan  Terlalu lama kau di ingatan Meninggalkan segala pesan tentang kembali, menepi juga merawat hati Kamu tidak pernah antusias denganku Coba ingat kembali, kapan Aku berbicara panjang,  bercerita denganmu tentang kehidupanku Kapan?  Dimana?  Topik apa? Lalu ingat,  apa saja cerita yang sudah kamu kisahkan denganku,  di ujung telepon,  dibangku taman,  di sudut ruangan? Teman kerjamu yang menyebalkan,  sahabatmu yang tidak ada kabar,  kakekmu yang pintar merakit kayu dan banyak kisah yang selalu ku tunggu.  Setiap jeda panjang di ujung kalimatmu aku berharap kau pun bertanya balik padaku. Kakekmu bagaimana?  Temen kuliahmu ada yang sama?  Sahabatmu bagaimana.  Tapi nihil Jeda hanya jadi penunggu.  Sudah sering aku memulai untuk mengisi kekosongan jeda kita.  Mukamu berpaling,  mulutmu mengucap kata lain.  Perbincanganku terjeda.  Lebih tepatnya di tutup paksa Kau tidak

Hari ini

Ada satu hal penting tentang perasaan dan pasangan Bukan harus sama dalam banyak hal Tapi yang antusias Pada apapun hal Yang Kamu lakukan