Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Setelah Lukamu Reda, Kau Lupa Aku Juga Punya Rasa

Gambar
Malam ini aku terbangun oleh dering telpon darimu, tepat jam 2 pagi. Waktu dimana orang sibuk dengan alam mimpinya, kau malah sibuk menangis. Rupanya orang yang kau sebut pacar itu kembali berulah. Aku mendengarkan kisahmu dengan sedikit kantuk, kadang kau menceritakanya dengan emosi yang menggebu - gebu, kadang kata itu kau ucap dengan lirih sampai tak terdengar, apa kini kau begitu terluka? “aku tadi sempat ketemu sama dia ven, aku tanya kan, kita sebenernya masih pacaran gak ? kok kamu sering gak ngehubungin aku sekarang. Dia cuma jawab, kalau kamu mau masih ya masih, kalau engga ya berarti engga. Trus dia langsung pergi. Ih, Coba ven bayangin jadi aku, sakit banget kan” “udah jangan nangis, aku mau jawab, kalau kamu udah berhenti nangis. Kasian tuh bola matamu udah besar, gak cantik lagi kan :) udah ya, jangan terlalu dipikirin deh, ini udah jam berapa loh masih belum tidur juga. Mungkin tadi dia lagi buru - buru atau mungkin dia lagi ada masalah kan kita gatau, yang bik

Hai Perempuan Berambut Ikal

Gambar
Dulu, saat pertama semesta mempertemukan kita, yang kemudian mempertemukan senyum sederhanamu ke sorot mataku. Kau mungkin tak sadar, ada laki - laki yang dengan betahnya melihat wajahmu, melihat lakumu dan cara bicaramu. Ospek hari pertama waktu itu, aku kira kau kakak tingkat ? ternyata bukan hehe Aku melihatmu duduk paling belakang, ditemani kakak tingkat dan sama - sama memakai almamater. Ya pantas si aku mengira begitu, bukan karna wajahmu lebih tua juga hehehe. Rambut ikal yang selalu kau ikat, kadang masker menutupi mulutmu kadang aku bisa melihat lengkung senyumu. Nampaknya kau sedang sakit waktu itu. Ternyata dugaanku benar, disaat kita akan ke lapangan, kau malah tak sempat menuruni tangga. Mungkin kau begitu tak kuat menopang tubuhmu? Ah coba saja kita kenal lebih dulu. Kau bisa naik ke punggungku, lingkarkan saja tanganmu dibawah leherku, biarkan kedua tanganku menopang kakimu. Kau bisa dengan tenang diatas punggungku. Tapi memang dasar, aku tak cukup nyali u

Purwokertoku yang Sendu

Sore itu Purwokerto tampak sendu, bau khas dari tanah yang basah karna hujan kini mulai merebak. Rintik hujan menghentikan laju Bayu dan Ifa di halte bis untuk meneduh. “kita berhenti disini dulu ya ?” ucap Bayu “yaudah gak papa Bay“ balas ifa sambil melepas helm nya Mereka hanya berdiri mematung memandang hujan sore itu, bangku - bangku dibelakangnya telah terisi, tak ada tempat untuk duduk. Beberapa kali petir terdengar memecah langit yang tak lagi biru itu. Satu tangan bayu berada di bahu Ifa, nampak ragu antara memeluk dan merangkul, lalu tangan yang satunya mengusap pipi yang setengah basah itu. “agak mundur, nanti kena air hujan” ucap bayu sambil melangkah kebelakang “iya, iya “ nampak terbata-bata Rupanya Ifa mulai kedinginan, bayu melepaskan jaket jeans nya lalu meletakannya ke tubuh yang mungil itu. “kamu pake aja, nanti malah kamu yang kedinginan” Kata Ifa “emm, kan masih bisa meluk hehe” “ihh apa, gak boleh yah” mata ifa melirik bayu dengan t