Menemui Mimpimu di Jakarta

Di Jakarta, aku menemui mimpi-mimpimu. Empat tahun lalu, apa kau ingat? Kamu pernah memintaku untuk bekerja di kota ini.

Biar lebih dekat, katamu.

Kamu ingin aku jadi reporter, memakai baju pdh dengan logo media di saku kanan. Kemudian membawa mikrofon ke mana-mana.
Akhir tahun lalu, mimpimu jadi nyata. Aku diterima kerja di kota metropolitan ini.
Kita sudah dekat, sudah satu kota, tetapi tidak lagi satu hati.
Kalau aku pake ojek online, mungkin cuma bayar Rp 10 ribu menuju kantormu.
Tapi, harga kenangan tidaklah murah. Aku tak pernah berani lagi menghubungi, mengabarimu soal pekerjaanku, soal kita yang sudah dekat soal jarak, tapi jauh soal hati.
Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan. Kamu tahu, setiap kali pulang liputan, setiap kali bertemu narasumber, aku sebenrnya ingin menelponmu. Mengabarimu kalau aku habis ketemu tokoh ini dan tokoh itu. Aku ingin mengabaimu kalau beritaku tidak naik, padahal aku sudah membuatnya susah payah.
Aku ingin cerita banyak, tapi rasanya tidak bisa.
Kota ini sering macet, persis seperti katamu dulu. Saat angkutan umum yang kau tumpangi itu tak bisa menerobos lautan manusia.
Kota ini membuat banyak orang kelelahan. Mimpi-mimpi yang terasa makin usang, tetapi kata menyerah tak pernah boleh terucap.
Apa kamu masih suka tertidur saat naik angkutan umum? Apa kamu masih suka terlewat berhenti di titik tertentu.
Apa kamu masih bangun begitu pagi dan pulang larut malam?
Apa kamu masih bahagia di kota ini? Dan bisakah aku jadi satu di antara alasanmu bahagia di kota ini?
Dunia berubah empat tahun terakhir ini. Tapi rasanya kehidupanku tak pernah bisa jauh dari kamu.
Pelan-pelan yang aku rencanakan seolah ada doa-doa dan keinginanmu. Dulu aku belum bisa mewujudkannya. Aku serakarang sendirian mewujudkannya.
Sulit ya.
Kamu gimana deh kabarnya. Aku pengin tahu. Tapi kamu enggak suka update di sosial media.
Bagaimana kabar soal pernikahanmu yang kau rencanakan tahun ini? Aku masuk undangan kan?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etika yang Luntur atau Dosen yang Baperan ?

Angan-angan di Kota yang Jauh