Hai perempuan broadcasterku


Apakabar ?
Haruskah aku menyapamu dengan seperti itu ?
Seperti sepasang yang sudah lama sekali tak bertemu. Bukankah seminggu sekali kita slalu bertemu ?
 Sebenarnya tidak juga, mungkin lebih tepatnya setiap hari kita bertemu atau lebih detailnya aku yang menemuimu.
Saat itu kau riang sekaligus tenang, menyenangkan sekaligus menghanyutkan dan tanpa sengaja aku menikmatinya.
Aku senang melihatmu yang gemar tertawa, aku senang melihatmu yang mencoba mengikat rambutmu, padahal rambutmu hanya sebahu kan ? dan saatmu mengikat, pasti karet gelangnya kau gigit. Aku senang mendengar berbagai kisah yang telah kau lalui, menjadi teman dalam bicaramu. Aku pikir kita telah lolos menjadi sepasang yang berbahagia.
Hingga aku kemudian menyadari, tak pernah sekalipun ada kata kita. Hanya ada kau yang sedang menunggunya, dan aku menjadi pendengar ceritamu. Ternyata “kita” hanya terjadi di angan - anganku saja.
Dan mungkin benar, dari berbagai bahaya yang ada di dunia ini, mencintai seorang broadcaster salah satunya.
Kau, berbahagialah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menemui Mimpimu di Jakarta

Angan-angan di Kota yang Jauh

Bahaya yang Sembunyi