Perjalanan Penutup tahun (Lawu Via Candi Cetho)

Tahun ini, aku mendaki 4 gunung di Jawa Tengah. Pendakian paling banyak dalam setahun yang pernah saya lakukan.
            Ku kenang tahun ini sebagai awal permulaan, tahun awal saya berumur 20+, awal project singgahpala terbentuk, awal menyeberang dari satu jalan ke jalan lainya. Tahun permulaan sebelum memasuki era badai kecil, hidup yang dipenuhi dengan magang, kerja industri, lalu skripsi.
            Bulan Agustus, setelah turun dari Gunung Sumbing, Saya bertanya ke Abi, teman pendakian satu – satuya setelah 4 orang dinyatakan gugur dan mendapat predikat pendaki wacana.
            “Akhir tahun akan ditutup kemana ?” kataku
            Maksudnya aku ingin menutup tahun ini dengan perjalanan, merenungkan tiap – tiap kejadian di tahun ini, menikmati ulang tiap langkah dalam bentuk kenangan.
Libur panjang natal jadi incaran kami, Lombok mencuat sebagai destinasi yang paling menarik. Bulan berganti, Lombok terkena bencana, selang berlalu saya diajak teman membuat project penting di tanggal tersebut. Arah langkah pun berubah. Gunung Lawu jadi tujuan. Kami akan berangkat tanggal 1 Desember
H-2 minggu mulai ku kabari satu per satu, dari teman pendakian pun juga teman yang minta diajak mendaki, biasanya banyak tuh yang abis ku posting foto di Instagram lalu ramai - ramai minta diajak, begitu diajak beneran nolaknya kok ya gampang banget. Fak
7 orang siap untuk perjalanan akhir tahun ini, h-1 minggu, satu per satu gugur. 2 orang kesulitan membagi waktu dengan tugas kuliahnya, 1 teman saya zaenal harus pulang kerumah karena ayahnya sakit, dan satu lagu ngikut tren ikut – ikutan mundur. Tersisalah 3 orang, tapi di detik – detik sebelum keberangkatan ada satu teman yang tiba – tiba ikut. Jadilah Aku, Abi, Junda, dan Rosid yang fix ikut
Abi yang berangkat dari Jakarta dapet tiket malem dan baru sampai di semarang jam 00.30. alhasil kami baru berangkat jam 01.00 dari Semarang. niat hati ingin menikmati matahari pagi di alun – alun Solo tapi ternyata alun – alunya tutup, langsung saja gas ke basecamp Gunung Lawu. Oh ya kami memilih lewat Candi cetho. Jam 5.30 kami sampai basecamp, Abi, Junda memilih istirahat, aku dan Roid memilih foto – foto di candi dan mengambil footage video. Setelah itu Sarapan pagi dengan sayur labu dan telor dadar.
Mulai mendaki jam 09.00. Jalan awal disambut dengan tanjakan tangga, melewati warung oleh – oleh dan makanan gitu. Jalan terus naik sampailah di candi ketek, dari candi ketek trek mulai nanjak stabil, tidak ada yang terlalu terjal, basecamp sampai pos 1 bisa di tempuh 1 jam 5 menit. Pos 1 ke pos 2 sudah mulai memasuki hutan tertutup, jalan masih sama, nanjak stabil tanpa ada tanjakan yang ekstrem, jam tempuh sama sekitar 1 jam. Di pos 2 ini ada pohon yang di lilit kain, jadi mohon untuk dihormati kepercayaan penduduk sekitar, jaga kata – kata dan tingkah laku, konon banyak yang kesurupan disini. Beberapa kali juga kami berpapasan rombongan yang turun dengan memakai pakaian hitam, mungkin abis ibadah. Semua ramah, kami saling menyapa.
Jalan dari pos 2 ke 3 ini mulai menemui tanjakan yang cukup berat, cukup ya, cuman ya itu karakter jalan di lawu itu konstan, jadi walau cukup berat tapi lama ya sama aja cappek dong haha. 1.30 menit kemudian kita sampai di pos 3. Oh ya sebenarnya di bawah pos 3 ada sumber air, tapi kami memilih naik, gak jauh ko dari pos 3 Cuma 4 menit naik. Kenapa ? karena ramee dan berisik kebetulan air yang kami bawa juga banyak dan ke gunung adalah , mencari kesunyian bukan keramaian. Kami pun memasak di pos 3, Indomie dan Sarden makanan sejuta pendaki. Jam 13.30 kami mulai berjalan kembali tanjakan trek naik satu level, makan + istirahat yang cukup lama membuat badan dingin dan harus beradaptasi lagi dengan keadaan. Hutan masih tertututp, beberapa kali kabut turun. Pos 3 – 4 dapat di tempuh 1,5 jam. Dari pos 4 trek mulai banyak bonus, banyak jalan datar dengan beberapa tanjakan tajam. Trek disini cukup menyebalkan karena kita suruh muter bukit beberapa kali, jalan santai tapi cukup bikin jengkel. Menuju pos 5 kami bertemu sabana kecil, lalu naik lagi baru sampai ke pos 5. Waktu sebentar lagi maghrib, tujuan awal camp kami adalah pos gupak menjangan. Dari pos 5 kami mencoba naik satu bukit lagi dengan harapan itu adalah sabana gupak menjangan. Tapi ternyata itu adalah sabana biasa. Dan karena fisik yang sudah kelelahan waktu maghrib pun akan datang. Kami memilih membuat tenda di sabana tersebut. Dan seperti biasa setelah membuat tenda, masuk sleeping bag lalu menghangatkan diri, tapi kali ini kami semua ketiduran.
Jam 9 malam aku bangun, Abi bangun karna ingin buang air. Karena takut dia kencing depan tenda boi waadehh. 2 temanku kemudian bangun juga, kita masak mie, susu coklat lalu kembali tidur.
Seharusnya kami bangun lebih awal, tapi apa daya kami baru bangun jam 03.00. Karena sudah cukup terlambat, roti bakar dengan mentega dan ceres gagal dibuat. Roti langsung saja di campur ceres dan susu tanpa dibakar. Mengisi tenaga sebelum summit attack tentu sangat diperlukan mengingat biasanya trek ke puncak adalah trek paling ekstrem. Setelah makan, kita keluar untuk berdoa tapi sayangnya harus ditunda, Rosid terkena serangan boker pagi, kami menunggu kembali di dalam tenda. Jam 04.00 kami baru memulai perjalanan ke puncak lawu. Jalan sangat nyaman karena sabana begitu datar, naik dikit masuk hutan, lalu sampai di gupak menjangan tempat idaman untuk camp, jalan kembali datar dengan sabana yang sangat luas, kalua diliat – liat bisa dibilang mini argopuro. Dari sabana jalan mulai naik, cukup terjal. Di bukit ini kami disambut garis lurus sunrise. Pemandangan magic yang kami rindukan. Setelah melewati bukit kami sampai di pasar dieng, disini banyak batu yang disusun dan ada banyak tulisan tidak memindahkan barang apapun di tempat ini. Setelah pasar dieng kami disamput dengan matahari yang mulai meninggi juga puncak yang sudah terlihat, kami mengambil jalur yang agak ke kanan agar tidak lewat warung mbok yem dulu, dari rumah botol naik ke atas, jalan di puncak ini punya banyak sekali cabang, cukup membingungkan sama seperti jalan di pasar dieng. Akhirnya setelah belok kanan ke kiri lagi kami menemukan jalur utama. Sepertinya ini yang dinamakan trek puncaknya, setelah tadi di bonusi trek datar sabana kali ini trek tanjakan terjal menjadi makanan kami, tak berselang lama ada kami sampai di puncak, dari tempat camp – puncak butuh waktu 2,5 jam. Kami berfoto – foto di tugu legendaris lawu lalu kembali turun, mampir makan pecel telor di warung Mbok yem. Konon ini warung tertinggi di Indonesia loh, dan beneran warung, alias Mbok Yemnya beneran tinggal disitu. Di beberapa tulisan katanya anak – anaknya yang tiap minggu naik turun gunung untuk mengambil makanan tambahan.

~Kami pun turun~

Di gunung lawu ini aku kembali teringat pertanyaan teman saya tentang

“kenapa kamu suka mendaki gunung?”

Aku pun sampai sekarang tak punya jawaban pasti, barangkali pendakian adalah kesenangan yang masih bisa aku nikmati sekarang, maka dari itu aku mendaki. Sesederhana itu mungkin. Karena aku tak pernah tau 5 tahun lagi, 10 tahun lagi dst kesibukanku akan seperti apa atau fisiku akan seperti apa. Selagi kesenangan itu masih bisa dilakukan ya akan kulakukan. Karena aku percaya “setiap waktu mempunyai Bahagianya sendiri dan berbatas”
Lalu setelah ini akan kemana ? Raung, Rinjani, Tambora, Banyuwangi, Lombok, Lampung ? kita liat saja nanti. Nikmati saja dulu hari ini.


Tonton juga video pendakian kami
https://www.youtube.com/watch?v=VgLlMBtYQPY&t=613s

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menemui Mimpimu di Jakarta

Angan-angan di Kota yang Jauh

Bahaya yang Sembunyi